Life is full of choices... Make sure you pick the right one. Don't listen to the voices. Hear only yours and you have won. Your looks are your own. Someone will always love you. You will never be alone. Look in the mirror and you will see who!!
DutchEnglishSpainFrenchGermanRussianJapaneseChinese SimplifiedItalianArabicKorean

Jumat, 10 Februari 2012

Imaji Luar Jendela


Dua orang pasien dirawat dalam sebuah kamar rumah sakit. Di kamar itu hanya ada satu jendela. Aji yang menderita penyakit paru-paru kronis menempati ranjang dekat jendela. Setiap siang ia boleh duduk satu jam untuk mengeringkan cairan dari paru-parunya. Sementara Sobri penghuni ranjang lain, harus berbaring sepanjang waktu akibat penyakit saraf punggung. Setiap hari mereka saling menghibur dengan bertukar cerita serta pengalaman hidupnya masing-masing.

Setiap kali Aji duduk menghadap jendela, ia selalu menceritakan apa saja yang dilihatnya di luar sana kepada rekan sekamarnya. Bahwa jendela itu menghadap taman di tepi danau.Air danau yang jernih itu sesekali berpendar-pendar indah lantaran gerakan kaki-kaki kawanan angsa yang berenang hilir mudik. Sambil memejamkan matanya Sobri membayangkan betapa indahnya pemandangan itu. Setiap hari cerita selalu berganti-ganti, sehingga Sobri sangat terhibur. Meski hanya satu jam, semua itu mampu memperkaya batinnya. Tiba-tiba pikiran jahat melintas di benak Sobri. Mengapa temannya saja uang boleh melihat indahnya dunia, sementara dirinya tergolek tak berdaya. Ini tidak adil!

Sejak saat itu hari demi hari pikiran Sobri dihantui rasa iri. Ia bertekad suatu saat harus berada di dekat jendela. Malam itu Aji batuk-batuk. Cairan bercampur darah keluar dari mulut dan hidungnya. Nafasnya terengah menahan rasa sakit. Di keremangan malam, Sobri melirik betapa sang teman sedang bertarung melawan maut. Toh, si Sobri tak tergerak sedikit pun meraih tombol bel untuk memanggil perawat. Padahal, ia sangat bisa melakukannya. Tidak sampai lima menit, bunyi batuk-batuk hilang. Suasana kamar yang gelap itu senyap.

Pagi harinya, perawat terkejut mendapati Aji sudah tak bernyawa. Sobri kemudian minta ranjangnya dipindahkan ke dekat jendela. Siang itu, sambil menahan separuh badannya dengan siku tangan, Sobri berusaha mendongakkan kepala menengok ke jendela. Keinginannya tercapai, melihat dunia luar yang selama ini hanya dibayangkan. Apa yang tampak? Ternyata hanya sebidang tembok lusuh. Penasaran ia bertanya kepada Perawat, mengapa Aji bisa mereka-reka aneka macam cerita dari jendela ini. "Bapak tahu enggak? Sesungguhnya, Pak Aji itu buta. Barangkali ia sengaja melakukan itu untuk menghibur Anda."
HS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar