Life is full of choices... Make sure you pick the right one. Don't listen to the voices. Hear only yours and you have won. Your looks are your own. Someone will always love you. You will never be alone. Look in the mirror and you will see who!!
DutchEnglishSpainFrenchGermanRussianJapaneseChinese SimplifiedItalianArabicKorean

Selasa, 14 Februari 2012

Anak Zaman


                 
                         Kembali Terasing
Sisa semburat langit senja masih nampak menyentuh bulan, saat kakiku menginjak tanah halaman luas sebuah rumah tua yang kokoh masam dan berkarakter angkuh. Rumah tua yang selalu saja asing, meski pernah menimangku sekian waktu dan sekian musim, dalam dunia yang tak aku pahami, kaku tapi sarat dengan wajah semu dan kepura-puraan.
Pohon beringin putih pun masih berdiri tegak dipojok kanan taman depan. Hmmm, aku teringat betul, ketika aku diikat di pohon itu oleh Kanjeng Romo sehari semalam, lantaran aku bersama anak-anak kampung ketahuan mencuri mangga di kebun Pak Guru Kusnin. Padahal si empunya tidak mempermasalahkannya. Aku tidak tahu alasan Romo tega berbuat itu. Hanya karena malu? Padahal saat itu pun aku tahu dunia anak-anak memang selalu begitu.
  Kaki ku kembali melangkah menuju pendopo yang biasa kugunakan untuk bermain wayang-wayangan dengan anak-anak kampung. Gelak tawa, canda suka dan sedikit kegaduhan, gemanya masih terdengar di telinga. Aku tertawa sendiri ketika teringat si Mamit yang kala itu berlakon Arjuna berteriak kesakitan karena hidungnya tertancap gigi topeng buto cakil yang dipakai Badrun. Tapi kejadian itu tidak mungkin terjadi kalau Kanjeng Romo  tidak pergi ke Holland selama hampir sebulan. Saat itu dunia benar-benar mejadi milikku. Saat itu tertawa menjadi barang murah. Bebas, lepas. Bergumul dengan peluh dan bau apek rambut teman-teman kecilku.
Bersambung coy...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar